Senin, 27 Juni 2011

Langkah Awal # 2

Langkah Awal # 1

KONSEP KEPEMIMPINAN

kepemimpinan boleh didefinisikan sebagai suatu proses yang kompleks di mana dengannya seseorang itu (pemimpin) mempengaruhi orang-orang lain (pengikut) melaksanakan dan menyempurnakan misi, tugasan, atau objektif-objektif dan dengan itu membawa organisasi menjadi lebih jelekit dan bersepadu. Seseorang pemimpin itu melakukan proses ini dengan mengaplikasikan sifat-sifat kepemimpinan dirinya iaitu kepercayaan, nilai, etika, perwatakan, pengetahuan, dan kemahiran-kemahiran yang dimilikinya. Sungguhpun kedudukan anda sebagai seorang 'pengurus' (Guru Besar?), penyelia, ketua dan sebagainya; memberikan anda 'kuasa' melakukan tugas dan objektif tertentu organisasi, ketahuilah 'kuasa' ini tidak menjadikan anda seorang 'pemimpin'...ia hanya menjadikan anda seorang 'boss'. Kepemimpinan menjadikan orang lain mahu mencapai matlamat-matalamat dan objektif-objektif yang tinggi, sementara sebaliknya boss mengarah orang menyempurnakan objektif dan tugasan.
Donald Clark (1997) menyatakan; "The basis of good leadership is honourable character and selfless service to your organization. In your employee's eyes, your leadership is everything you do that effects the organization's objectives and their well being. A respected leader concentrates on what she is (be) (beliefs and character), what she knows (job, tasks, human nature), and what she does (implement, motivates, provide direction). Apa yang menyebabkan seseorang itu mahu mengikut seseorang pemimpin? Orang mahu dipimpin oleh orang yang mereka hormati dan seseorang pemimpin yang mempunyai 'clear sense of direction'. Untuk mendapat penghormatan, pemimpin mesti beretika, dan 'halatuju' dapat dicapai dengan menyampaikan visi masa depan yang kuat. Jadi pada dasarnya anda mestilah boleh dipercayaai dan anda boleh mengkomunikasikan visi berhaluan yang anda tujui. Jika anda seorang pemimpin yang boleh dipercayai, maka orang di sekeliling anda akan belajar menghornati anda. Untuk menjadi pemimpin yang baik, ada beberapa perkara yang anda mesti jadi, tahu dan buat. Semua ini terletak di bawah apa yang digelar Kerangka Kepemimpinan:
• Jadi seorang profesional. Contohnya setia kepada organisasi, berkhidmat tanpa pentingkan diri, dan bertanggungjawab.
• Jadi seorang profesional yang punyai ciri-ciri perwatakan yang baik. Contohnya kejujuran, ketrampilan, lurus, komitmen, integriti, keberanian, berterus-terang dan imaginasi.
• Tahu empat faktor kepemimpinan -- pengikut, ketua, komunikasi dan situasi.
• Tahu (kenali) diri sendiri,. Contohnya kekuatan dan kelemahan diri, pengetahuan dan kemahiran.
• Tahu sifat manusia. Contohnya kepada keperluan manusia dan emosi, dan bagaimana manusia bertindakbalas terhadap stress.
• Tahu kerja anda. Contohnya mahir dan pakar serta mampu melatih orang-orang lain.
• Tahu organisasi anda. Seperti tahu ke mana hendak mendapatkan bantuan, iklim dan budayanya, serta tahu siapa pula 'pemimpin-pemimpin tak rasmi' dalam organisasi.
• Sediakan halatuju: penentuan matlamat, penyelesaian masalah, membuat keputusan dan merancang.
• Melaksanakan: komunikasi, penyelarasan, penyeliaan dan penilaian.
• Memotivasi: mampu membina morale dan semangat kekitaan di dalam organisasi, melatih dan membimbing serta memberikan kaunseling.
Di peringkat operasional seseorang pemimpin mestilah mempunyai tiga ciri penting yang mesti pula diterjemah dan direalisasikan di dalam seluruh budaya kerja dan budaya organisasi dan dihayati oleh seluruh ahli organisasi. Tiga ciri utama tersebut ialah mengongsi visi, penggunaan sumber (manusia, maklumat, dan sumber modal), dan nilai. Hanya seorang pemimpin yang ada visi sahaja yang boleh membawa organisasi dan pengikutnya menuju wawasan, yang mampu menggerakkan dan mendorong subordinat dengan meletak dan memberi nilai yang tinggi dalam semua aspek kelangsungan survival individu dan organisasi.
Pemimpin yang bervisi sentiasa 'melihat' jauh ke depan melewati ruang dan masa di samping menunjukkan 'arah dan teladan'; sentiasa berkongsi kegemilanagn bersama-sama pengikut (perit dan pedih ditanggung sendiri), dan berjaya meninggalkan legacy (warisan) bak kata perumpamaan Melayu "Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama."ٱ



teori lahirnya seorang pemimpin
Teori Timbulnya Kepemimpinan

Di antara berbagai teori yang menjelaskan sebab-sebab timbulnya kepemimpinan terdapat tiga teori yang menonjol, yaitu :
1. Teori Keturunan (Heriditary Theory)
2. Teori Kejiwaan (Psychological Theory)
3. Teori Lingkungan (Ecological Theory)

Masing – masing teori dapat dikemukakan secara singkat :

1. Teori Keturunan
Inti daripada teori ini, ialah :
a. Leaders are born not made.
b. Seorang pemimpin menjadi pemimpin karena bakat – bakat yang dimiliki sejak dalam kandungan.
c. Seorang pemimpin lahir karena memamng ditakdirkan. Dalam situasi apapun tetap muncul menjadi pemimpin karena bakat-bakatnya.

2. Teori Kejiwaan.
a. Leaders are made and not born.
b. Merupakan kebalikan atau lawan dari teori keturunan.
c. Setiap orang bias menjadi pemimpin melalui proses pendidikan dan pengalaman yang cukup.

3. Teori Ekologis
a. Timbul sebagai reaksi terhadap teori genetis dan teori social.
b. Seseorang hanya akan berhasil menjadi seorang pemimpin, apabila pada waktu ahir telah memiliki bakat, dan bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui proses pendidikan yang teratur dan pengalaman.
c. Teori ini memanfaatkan segi-segi positif teori genetis dan teori social.
d. Teori yang mendekati kebenaran.


B. Teori Kepemimpinan Berdasarkan Sifat

Di tinjau dari segi sejarah, pemimpin atau kepemimpinan lahir sejak nenek moyang, sejak terjadinya hubungan kerjasama atau usaha bersama antara manusia yang satu dengan dengan manusia yang lain untuk menjapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Jadi kepemimpinan lahir bersama – sama timbulnya peradaban manusia.

• Machiavelli
Ia terkenal tentang nasehatnya mengenai kebijaksanaan yang harus dimiliki oleh seorang Perdana Mentri, yaitu antara lain harus mempunyai keahlian dalam :
a. Upacara – upacara ritual, kebaktian keagamaan
b. Peratuaran dan perundang – undangan
c. Pemindahan dan pengangkutan
d. Pemberian honorium/pembayaran dan kepangkatan
e. Upacara – upacara dan adat kebiasaan.
f. Pemindahan pegawai untuk menhindarkan kegagalan
g. Bertani dan pekerjaan lainnya.

• Empuh Prapanca dengan bukunya yang terkenal Negara Kertagama menyebut 15 sifat yang baik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu:
a. Wijana, sikap bijaksana
b. Mantri wira, sebagai pembela negara sejati
c. Wicaksaning naya, bijaksana dalam arti melihat masa lalu, kemampuan analisa, mengambil keputusan dengan cepat dan tepat.
d. Matanggwan, mendapat kepercayaan yang tinggi dari yang dipimpinnya.
e. Satya bakti haprabu, setia dan bakati kepada atasan (loyalitas).
f. Wakjana, pandai berpidato dan berdiplomasi.
g. Sajjawopasama, tidak sombong, rendah hati, manusiawi.
h. Dhirrottsaha, bersifat rajin sungguh- sungguh kreatif dan penuh inisiatif.
i. Tan-lalana, bersifat gembira, periang.
j. Disyacitra, Jujur terbuka.
k. Tancatrisan, tidak egoistis.
l. Masihi Samastha Bhuwana, bersifat penyayang, cinta alam.
m. Ginong Pratidina, tekun menegakkan kebenaran.
n. Sumantri, sebagai abdi negara yang baik.
o. Ansyaken musuh, mampuh memusnakan setiap lawan.

• Ajaran Hasta Brata.
Hasta Bhrata (delapan pedoman pilihan) yang terdapat dalam kitab Ramayana berisi sifat - sifat positif sebagai pedoman bagi setiap pemimpin adalah :
a. Sifat matahari (surya) Yaitu:
- Menerangi dunia dan memberi kehidupan pada semua mahluk.
- Menjadi penerang selurah rakyat.
- Jujur dan rajin bekerja sehingga negara aman dan sentosa.
b. Sifat bulan (candra) yaitu:
- Memberi penerangan terhadap rakyat yang sedang dalam kegelapan (kesulitan)
- Menerangkan perasaan dan melindungi rakyat sehingga terasa tentram untuk menjalankan tugas masing- masing.
c. Sifat Bintang (kartika) yaitu:
- Menjadi pusat pandangan sumber susila dan budaya, dan menjadi suri tauladan
d. Sifat Awan yaitu :
- Dapat menciptakan kewibawaan
- Tindakan mendorong agar rakyat tetap taat.
e. Sifat Bumi yaitu:
- Ucapanya sederhana.
- Teguh, dan kokoh pendiriannya.
f. Sifat Samudera,yaitu:
- mempunyai pandangan yang luas
- membuat rakyat seia sekata.
g. Sifat Api (Agni) yaitu:
- Menghukum siapa saja yang bersalah tanpa pandang bulu.
h. Sifat Angin (Bayu) yaitu :
- terbuka dan tidak ragu – ragu terhadap semua masalah.
- Bersikap adil terhadap siapa pun.

• The Traits and abilities Theory yang dikemukakan oleh stogdill dengan menekan pada kwalitas individu dan terdapat relevansi yang erat antara sifat dan kepemimpinan (capacity, status, participation, responsibility,achievement).


C. Teori Kepemimpinan Berdasarkan Tingkah Laku

Dengan memusatkan pada ciri-ciri dan gaya yang dimiliki oleh setiap pemimpin yang bersangkutan, mereka yakin akan berhasil dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya. Sehingga gaya dan ciri-ciri tersebut akan menimbulkan berbagai tipe.

Ada beberapa tipe kepemimpinan.
1. Tipe Otoriter
Tipe ini mempunyai sifat-sifat:
a. Semua kebijaksanaan ditentukan oleh pemimpin
b. Organisasi dianggap milik pribadi pemimpin
c. Segala tugas dan pelaksanaannya ditentukan oleh pemimpin .
d. Kurang ada partisipasi dari bawahan .
e. Tidak menerima kritik, saran dan pendapat bawahan .

2. Tipe Demokratis
a. Semua kebijaksanaan dan keputusan dilakukan sebagai hasil diskusi dan musyawarah .
b. Kebijaksanaan yang akan dating ditentukan melalui musyawarah dan diskusi.
c. Anggota kelompok, bebas bekerjasama dengan anggota yang lain, dan berbagai tugas diserahkan kepada kelompok .
d. Kritik dan pujian bersifat objektif dan berdasarkan fakta-fakta .
e. Pemimpin ikut berpartisipasi dalam kegiatan sebagai anggota biasa .
f. Mengutamakan kerjasama .

3. Tipe Semuanya
a. Kebebasan diberikan sepenuhnya kepada kelompok atau perseorangan di dalam pengambilan kebijaksanaan maupun keputusan .
b. Pemimpin tidak terlibat dalam musyawarah kerja .
c. Kerjasama antara anggota tanpa campur tangan pemimpin .
d. Tidak ada kritik, pujian atau usaha mengatur kegiatan pemimpin .
Di samping ketiga gaya kepemimpinan diatas Sondang P.Siagian, MPA.,Ph.D. mengemukakan tipe pemimpin yang lain, ialah:

4. Tipe Militeristis
a. Lebih sering mempergunakan perintah terhadap bawahan .
b. Perintah terhadap bawahan sangat tergantung pada pangkat dan jabatan .
c. Menyenangi hal-hal yang bersifat formal .
d. Sukar menerima kritik .
e. Menggemari berbagai upacara .

5. Tipe Paternalistik
a. Bersikap melindungi bawahan .
b. Bawahan dianggap manusia yang belum dewasa .
c. Jarang ada kesempatan pada bawahan untuk mengambil inisiatif .
d. Bersikap maha tahu .

6. Tipe Karismatis
a. Mempunyai daya tarik yang besar, oleh karenanya mempunyai pengikut yang besar .
b. Daya tarik yang besar tersebut kemungkinan disebabkan adanya kekuatan gaib (supernature) .

Disamping teori yang telah dikemukakan diatas, ada teori lain yang Dikemukakan oleh W.J. Reddin dalam artikelnya yang berjudul “What Kind of Manager”.
Ada tiga pola dasar yang dapat dipakai untuk menentukan watak atau tipe seorang pemimpin. Ketiga pola dasar tersebut :
1. Berorientasi tugas (task orientation).
2. Berorientasi pada hubungan kerja (Relationship orientation).
3. Berorientasi pada hasil (effectiveness orientation).

Berdasarkan sedikit banyaknya orientasi atau penekanan ketiga hal diatas pada diri seorang pemimpin akan dapat ditentukan delapan tipe pemimpin masing-masing ialah:
1. Deserter
2. Bureaucrat
3. Missionary
4. Developer
5. Autocrat
6. Benevolent autocrat
7. Compromiser
8. Executive


tipe lahirnya seorang pemimpin
Di dalam sejarah, semenjak beribu-ribu tahun lamanya agama Hindu telah menunjukan peran besarnya dalam membentuk serta melahirkan tokoh-tokoh pemimpin yang legendaris. Para pemimpin ini adalah sosok-sosok istimewa dengan cita-cita besar terhadap peradaban Hindu. Sebut saja kerajaan Majapahit dengan rajanya Hayam Wuruk dan patihnya Gajah Mada, atau di India dengan tokohnya Mahatma Gandhi dan Jawahral Nehru. Semenjak zaman prasejarah, hingga era modern tidak bisa dipungkiri Hindu memberikan warisan penting dalam konsep-konsep kepemimpinan.
Salah satu konsep terpenting tentang kepemimpinan dapat ditemukan di dalam Nitishastra karya dari Chanakya. Nitishasastra bisa dikatakan suatu karya mutakhir yang mengulas tentang pedoman-pedoman moral yang harus dipatuhi oleh seorang raja. Chanakya merupakan pioner dalam perumusan teori-teori ekonomi dan politik. Dua karya termasyhurnya yaitu Arthashastra dan Nitishastras hingga sekarang masih menunjukan relevansinya terhadap dunia modern.
Chanakya adalah seorang penasehat bagi Raja Chandragupta di Kerajaan Maurya, India. Ia dikatakan sebagai Machiavelli-nya India. Keunikan dari Chanakya adalah ajarannya tentang sifat-sifat seorang pemimpin yang tidak saja sempurna secara pengetahuan praktis, tapi juga pengetahuan spiritual. Seorang pemimpin dikatakan memiliki kekuatan ketika ia menguasai baik kecerdasan intelektual, stabilitas emosional dan kesempurnaan spiritual. Ketiga hal ini menunjukan suatu sikap kematangan seorang pemimpin ketika mengarahkan negara atau rakyatnya.
Sifat-sifat yang dimaksudkan oleh Chanakya dikompilasikan menjadi Sad Sasana, atau Sad Warnaning Rajaniti, yaitu kemampuan yang harus dimiliki seorang pemimpin. Sifat pertama adalah Abhigamika, yakni kemampuan seorang pemimpin untuk menarik hati atau simpati dari rakyatnya. Kemampuan wacana atau orasi dari seorang pemimpin merupakan aspek penting untuk memenangkan hati rakyat. Karena kecakapan semacam ini menunjukan semacam kharisma yang membuat rakyat dapat mempercayai pemimpinnya.
Sifat kedua adalah Pradnya, yaitu seorang pemimpin harus memiliki sikap bijaksana, ia harus selalu berpikir dan bertindak bijaksana, agar dapat mengambil pilihan-pilihan yang tepat bagi rakyatnya. Sifat ketiga adalah Utsaha, ia diharuskan memiliki daya kreatifitas yang tinggi. Ia seorang visionaris yang selalu berusaha membuat inovasi-inovasi baru dalam menyempurnakan tata negaranya. Sifat keempat adalah
Atma Sampad, seorang pemimpin harus tulis dan murni atmannya, segala perbuatannya harus berlandaskan atas ‘good will’ atau kehendak baik, selalu berpegang pada hukum-hukum Dharma. Kesadaran akan moralitas yang luhur merupakan kualitas penting seorang pemimpin yang baik. Sifat kelima adalah Sakya Samanta, yaitu kemampuan seorang pemimpin untuk menunjukan ketegasannya di hadapan para rakyatnya. Ia mampu mengendalikan para bawahannya dan memperbaiki hal-hal yang kurang sempurna di dalam sistem pemerintahannya. Sifat terakhir adalah Aksura Parisatka, bahwa seorang pemimpin harus dapat menarik kesimpulan yang bijaksana. Ia mempu mempertimbangkan berbagai macam saran-saran dari para penasehatnya dan memutuskan yang terbaik bagi pemerintahannya.
Sad Warnaning Rajaniti menunjukan pakem-pakem seorang pemimpin yang sempurna. Dalam politik kenegaraan, untuk mencapai ‘order’ atau keharmonisan dan kemajuan negara, maka terlebih dahulu ia harus memiliki pemimpin yang baik. Seorang pemimpin menjadi amat vital sebagai upaya untuk mewujudkan kesuksesan suatu negara. Begitu juga sebaliknya, jenis-jenis kepemimpinan yang buruk akan berdampak buruk pula terhadap rakyat atau pemerintahannya. Strategi pemerintahan yang buruk dan tidak bijaksana bisa menyebabkan kesengsaraan rakyat dan menjerumuskan negaranya.
Kriteria-kriteria yang telah dipaparkan diatas menunjukan betapa berat beban tanggung jawab seorang pemimpin. Selain Nitishastra tema tentang kepemimpinan juga muncul di dalam Epos Ramayana. Dikisahkan Ramayana menasehati Wibhisana tentang kewajiban-kewajiban seorang pemimpin yang dimetaforakan seperti sifat-sifat kedelapan dewata. Adapula kewajiban-kewajiban ini dikenal sebagai Asta Berata, atau delapan kewajiban yang harus diterapkan seorang pemimpin


Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) di Sekolah
Manajemen mutu terpadu merupakan proses perbaikan secara terus menerus atau berkesinambungan yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka mencapai sekolah yang bermutu. Kepala sekolah sebagai manajemen puncak memegang berperan penting dalam suksesnya pelaksanaan implementasi manajemen mutu terpadu (TQM) di sekolah. Konsep sekolah bermutu (unggul) perlu ada dalam konsep setiap kepala sekolah. Kepala Sekolah perlu memahami TQM sebagai suatu falsafah, metode, teknik dan strategi manajemen untuk perbaikan mutu sekolah, karena kinerja organisasi sekolah senantiasa dinilai masyarakat dalam situasi yang semakin maju seperti sekarang ini. Kepala Sekolah dan para guru perlu memahami harapan masyarakat terhadap sekolahnya. Apa hakikat dari keberadaan sekolah yang diharapkan masyarakat? Bagaimana membuat sekolah menjadi efektif agar harapan pelanggan pendidikan tercapai? Jawabannya yaitu dengan cara mengimplementasi manajemen mutu terpadu (Total Quality Management) di sekolah.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Total quality management/ manajemen mutu terpadu merupakan konsep yang mempunyai nilai-nilai yang baik untuk perkembangan organisasi di semua sektor kehidupan. TQM telah banyak di adopsi kedalam berbagai bidang terutama pada dunia bisnis dan ekonomi. Tetapi TQM bukan saja terpaku hanya untuk aspek bisnis dan ekonomi saja, nilai-nilai yang ada dalam manajemen mutu terpadu dapat diimplementasikan ke dalam dunia pendidikan yaitu di sekolah. Untuk itu, penulis mengangkat artikel yang berjudul “Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) di Sekolah”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat penulis ambil dari latar belakang masalah di atas adalah
1.2.1 Apakah pengertian, elemen pendukung, serta falsafah dari manajemen mutu terpadu?
1.2.2 Bagaimana implementasi manajemen mutu terpadu di sekolah?
1.2.3 Bagaimana manfaat implementasi manajemen mutu terpadu di sekolah?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang dapat penulis ambil dari rumusan masalah di atas adalah
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian, elemen pendukung, serta falsafah dari manajemen mutu terpadu.
1.3.2 Untuk mengetahui implementasi manajemen mutu terpadu di sekolah.
1.3.3 Bagaimana manfaat implementasi manajemen mutu terpadu di sekolah.
2. METODE PENULISAN
Adapun metode penulisan yang digunakan oleh penulis adalah metode studi kepustakaan yang berarti mencari sumber- sumber yang relevan terhadap judul yang penulis angkat melalui buku-buku maupun melalui internet.
3. PEMBAHASAN
3.1 Pengertian, Elemen Pendukung, Serta Falsafah dari Manajemen Mutu Terpadu (TQM)
Istilah utama yang terkait dengan kajian Total Quality Management (TQM) ialah continous improvement (perbaikan terus-menerus) dan Quality improvement ( Perbaikan Mutu ). Manajemen mutu terpadu merupakan salah satu strategi manajemen untuk menjawab tantangan external suatu organisasi guna memenuhi kepuasan pelanggan.
Menurut Edward Sallis (1993:13) bahwa “Total Quality Management is a philosophy and a methodology which assist institutions to manage change and set their own agendas for dealing with the plethora of new external pressures.” Pendapat di atas menekankan pengertian bahwa manajemen mutu terpadu merupakan suatu filsafat dan metodologi yang membantu berbagai institusi dalam mengelola perubahan dan menyusun agenda masing-masing untuk menanggapi tekanan-tekanan faktor eksternal.
Patricia Kovel-Jarboe (1993) mengutip Caffee dan Sherr menyatakan bahwa manajemen mutu terpadu adalah suaru filosofi komprehensif tentang kehidupan dan kehidupan dan kegiatan organisasi yang menekankan perbaikan berkelanjutan sebagai tujuan fundamental untuk meningkatkan mutu, produktivitas, dan mengurangi pembiayaan. Adapun istilah yang bersamaan maknanya dengan TQM adalah continous quality improvement (CQI) atau perbaikan mutu berkelanjutan. Tetapi
TQM memfokuskan proses atau sistem pencapaian tujuan organisasi.
Elemen pendukung dalam TQM
Elemen-elemen pendukung dimaksud adalah :
1. Kepemimpinan
Terdapat 13 hal yang perlu dimiliki oleh seorang pimpinan dalam manajemen mutu terpadu yaitu :
Ø Pimpinan mendasarkan keputusan pada data, bukan hanya pendapat saja.
Ø Pimpinan merupakan pelatih, dan fasilitator bagi setiap individu/bawahan.
Ø Pimpinan harus secara aktif terlibat dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh bawahan.
Ø Pimpinan harus bisa membangun komitmen, yang menjamin bahwa setiap orang memahami misi, visi, nilai dan target perusahaan yang jelas.
Ø Pimpinan dapat membangun dan memelihara kepercayaan
Ø Pimpinan harus paham betul untuk mengucapkan terima kasih kepada bawahan yang berhasil/berjasa
Ø Aktif mengadakan kaderisasi melalui pendidikan dan pelatihan yang terprogram
Ø Berorientasi selalu pada pelanggan internal/eksternal
Ø Pandai menilai situasi dan kemampuan orang lain secara tepat
Ø Dapat menciptakan suasana kerja yang sangat menyenangkan
Ø Mau mendengar dan menyadari kesalahan
Ø Selalu berusaha memperbaiki system dan banyak berimprovisasi
Ø Bersedia belajar kapan saja dan di mana saja
2. Pendidikan dan Pelatihan
Kemampuan mendidik dan melatih semua karyawan, memberikan baik informasi yang mereka butuhkan untuk menjamin perbaikan mutu dan memecahkan persoalan. Pelatihan inti ini memastikan bahwa suatu bahasa dan suatu set alat yang sama akan diperbaiki di seluruh organisasi.
3. Struktur Pendukung
Manajer senior mungkin memerlukan dukungan untuk melakukan perubahan yang dianggap perlu melaksanakan strategi pencapaian mutu. Dukungan semacam ini mungkin diperoleh dari luar, tetapi akan lebih baik kalau diperoleh dari dalam organisasi itu sendiri.
4. Komunikasi
Komunikasi dalam suatu lingkungan mutu mungkin perlu ditempuh dengan cara berbeda-beda agar dapat berkomunimasi kepada seluruh karyawan mengenai suatu komitmen yang sungguh-sungguh untuk melakukan perubahan dalam usaha peningkatan mutu. Secara ideal manajer harus bertemu pribadi dengan para karyawan untuk menyampaikan informasi, memberikan pengarahan, dan menjawab pertanyaan dari setiap karyawan.
5. Ganjaran dan Pengakuan
Tim individu yang berhasil menerapkan proses mutu harus diakui dan mungkin diberi ganjaran, sehingga karyawan lainnya sebagai anggota organisasi akan mengetahui apa yang diharapkan. Jadi pada dasarnya karyawan yang berhasil mencapai mutu tertentu harus diakui dan diberi ganjaran agar dapat menjadi panutan/contoh bagi karyawan lainnya.
6. Pengukuran
Penggunaan data hasil pengukuran menjadi sangat penting di dalam menetapkan proses manajemen mutu. Jelaskan, pendapat harus diganti dengan data dan setiap orang harus diberitahu bahwa yang penting bukan yang dipikirkan akan tetapi yang diketahuinya berdasarkan data. Pengumpulan data pelanggan memberikan suatu tujuan dan penilaian kinerja yang realistis serta sangat berguna di dalam memotivasi setiap orang/karyawan untuk mengetahui persoalan yang sebenarnya.
Falsafah Manajemen Mutu Terpadu
Dr. W. Edward Demings meletakkan kerangka pemikiran dalam perbaikan mutu pendidikan secara berkelanjutan yang terdiri dari hal-hal berikut:
1. Reaksi berantai untuk perbaikan kualitas.
2. Transformasi organisasi.
3. Peran esensial pimpinan.
4. Hindari praktik-orakti manajemen yang merugikan.
5. Penerapan system of profound knowledge.
3.2 Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (TQM) di Sekolah
Pada dasarnya TQM dalam dunia pendidikan menurut frankin P. schargel (1994:2) dalam buku Syafarudin (2002: 35 ) dikatakan bahwa Total qulity management education is process wich involves focusing on meeting and exceeding custumer expectations, continous impruvment, sharing responsibilities with employess, and reducasing scraf and rework. Artinya bahwa mutu terpadu pendidikan dipahami sebagai suatu proses yang meilibatkan pemusatan pada pencapaian kepuasan harapan pelanggan pendidikan, perbaikan terus menerus, pembagian tanggung jawab, dengan para pegawai, dan pengurangan pekerjaan tersisa dan pengerjaan kembali.
Hampir senada dengan pendapat Frankin dalam artikel Dheeraj mehrotra menekankan pada penerapan manajemen mutu yang disesuaikan dengan sifat-sifat dasar pendidikan. Sisi pelanggan yaitu siswa, orang tua dan masyarakat menjadi fokus utama.
Dengan mengkombinasikan prinsip-prinsip tentang mutu oleh para ahli dengan pengalaman praktek telah dicapai pengembangan suatu model sederhana akan tetapi sangat efektif untuk mengimplementasikan manajemen mutu terpadu di sekolah. Model tersebut terdiri dari komponen-komponen berikut :
Tujuan : Perbaikan terus menerus, artinya mutu selalu diperbaiki dan disesuaikan dengan perubahan yang menyangkut kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Prinsip : Fokus pada pelanggan, perbaikan proses dan keterlibatan total.
Elemen : Kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan, struktur pendukung, komunikasi, ganjaran dan pengakuan serta pengukuran.
Model di atas dibentuk berdasarkan tiga prinsip mutu terpadu yaitu :
1. Fokus pada pelanggan
Prinsip mutu, yaitu memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Dalam manajemen mutu terpadu, pelanggan dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Pelanggan internal (di dalam organisasi sekolah)
- Pelanggan eksternal (di luar organisasi sekolah)
Organisasi dikatakan bermutu apabila kebutuhan pelanggan bisa dipenuhi dengan baik. Dalam arti bahwa pelanggan internal, misalnya guru, selalu mendapat pelayanan yang memuaskan dari petugas TU, kepala Sekolah selalu puas terhadap hasil kerja guru dan guru selalu menanggapi keinginan siswa. begitu pula pada pelanggan eksternal misalnya masyarakat sekitar.
2. Perbaikan proses
Konsep perbaikan terus menerus dibentuk berdasarkan pada premisi suatu seri (urutan) langkah-langkah kegiatan yang berkaitan dengan menghasilkan output. Perhatian secara terus menerus bagi setiap langkah dalam proses kerja sangat penting untuk mengurangi keragaman dari output dan memperbaiki keandalan. Tujuan pertama perbaikan secara terus menerus ialah proses yang handal, dalam arti bahwa dapat diproduksi yang diinginkan setiap saat tanpa variasi yang diminimumkan. Apabila keragaman telah dibuat minimum dan hasilnya belum dapat diterima maka tujuan kedua dari perbaikan proses ialah merancang kembali proses tersebut untuk memproduksi output yang lebih dapat memenuhi kebutuhan pelanggan, agar pelanggan baik yang internal maupun yang eksternal menjadi puas.
3. Keterlibatan total
Pendekatan ini dimulai dengan kepemimpinan manajemen senior yang aktif dalam hal ini kepala sekolah dan mencakup usaha yang memanfaatkan bakat semua warga sekolah untuk mencapai suatu keunggulan kompetitif (competitive advantage) di dunia pendidikan. Warga sekolah wewenang/kuasa untuk memperbaiki output melalui kerjasama dalam struktur kerja baru yang luwes (fleksibel) untuk memecahkan persoalan, memperbaiki proses dan memuaskan.
Sedangkan, prinsip dasar manajemen mutu terdiri dari 8 butir, sebagai berikut:
1. Setiap orang memiliki pelanggan.
2. Setiap orang bekerja dalam sebuah system.
3. Semua sistem menunjukkan variasi.
4. Mutu bukan pengeluaran biaya tetapi investasi.
5. Peningkatan mutu harus dilakukan sesuai perencanaan.
6. Peningkatan mutu harus menjadi pandangan hidup.
7. Manajemen berdasarkan fakta dan data.
8. Fokus pengendalian (control) pada proses, bukan hanya pada hasil out put.
Syarat- syarat TQM dapat berlangsung di sekolah, yaitu:
v Sekolah harus secara terus menerus melakukan perbaikan mutu produk (output) sehingga dapat memuaskan para pelanggan baik eksternal maupun internal..
v Memberikan kepuasan kepada warga sekolah, komite sekolah, penyumbang dana pendidikan di sekolah tersebut.
v Memiliki wawasan jauh kedepan.
v Fokus utama ditujukan pada proses, kemudian baru menyusul hasil.
v Menciptakan kondisi di mana setiap warga sekolah aktif berpartisipasi dalam menciptakan keunggulan mutu.
v Ciptakan kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan dan aktif memotivasi warga sekolah bukan dengan cara otoriter, sehingga diperoleh suasana yang kondusif bagi lahirnya ide-ide baru.
v Rela memberikan ganjaran, pengakuan bagi yang sukses dan mudah memberikan maaf bagi yang belum berhasil/berbuat salah.
v Setiap keputusan harus berdasarkan pada data, baru berdasarkan pengalaman/ pendapat.
v Setiap langkah kegiatan harus selalu terukur jelas, sehingga pengawasan lebih mudah.
v Program pendidikan dan pelatihan hendaknya menjadi urutan utama dalam upaya peningkatan mutu.
Di dalam artikel, ” Revolusi mutu di dalam Pendidikan,” Yohanes Burung- jay Bonstingl menguraikan secara singkat prinsip TQM yang ia percaya dapat mengubah pendidikan di sekolah. Ia menyebutnya dengan istilah “Empat pilar TQM”, antara lain:
1: Synergistic Relationships /Hubungan Sinergi.
Konsep ini menekankan pada ” sistematis pekerjaan yang dilakukan di mana semua waga sekolah dilibatkan”. Dengan kata lain, kerjasama sekelompok dan kolaborasi adalah sesuatu yang sangat penting. Konsep sinergi menyatakan bahwa capaian dan produksi ditingkatkan dengan penyatuan bakat dan pengalaman individu.Prinsip ini menekankan bahwa fokus utama organisasi sekolah adalah pada pelanggan dan penyalur. Pelanggan utama sekolah merupakan siswa itu sendiri dan penyalurnya adalah guru. Guru dan siswa adalah tim, dalam artian dibutuhkan kerjasama yang sinergi antara keduanya. Prinsip ini ditujukan agar tercapinya pengembangan kemampuan minat dan bakat siswa.
Di dalam kelas, guru-murid regu adalah tim . Produk kesuksesan mereka dalam bekerjasama adalah pengembangan kemampuan minat, dan karakter siswa. Siswa adalah pelanggan guru,sebagai penerima dari jasa bidang pendidikan untuk peningkatan dan pertumbuhan siswa. Guru dan sekolah adalah para penyalur dari efektif alat belajar, lingkungan, dan sistem untuk siswa. Sekolah bertanggung jawab untuk menjamin kelangsungan pendidikan para siswa dalam jangka panjang dengan proses pembelajaran tentang bagaimana cara belajar dan cara berkomunikasi, bagaimana cara mendapatkan pekerjaan berkualitas berdasarkan kemampuan yang mereka miliki.
2: Perbaikan Terus Menerus dan Evaluasi Diri.
Adanya perbaikan terus menerus, secara individual maupun secara berkelompok baik di dalam menyeting kualitas sekolah dengan jalan administrator bekerja berkolaborasi dengan pelanggan dan para guru. TQM menekankan evaluasi diri sebagai bagian dari suatu proses perbaikan berkelanjutan. Administrator berperan penting sekali dalam upaya perbaikan terus menerus dengan cara mempertegas disiplin, seperti pengendalian, perintah baik dengan intimidasi untuk kemajuan sekolah. TQM pendidikan dibutuhkan evaluasi diri
3: Suatu Sistem dari Proses Berkelanjutan.
Pilar TQM yang ketiga yang diterapkan di akademis adalah pengenalan organisasi sebagai sistem dan pekerjaan yang dilaksanakan di dalam organisasi harus dilihat sebagai suatu proses berkelanjutan. Dalam pilar ketiga TQM pendidikan ini adalah organisasi dianggap sebuah sistem artinya komponen-komponen sekolah saling mempengaruhi dan saling ketergantungan. Guru dan siswa merupakan sistem dari sekolah, mutu ditujukan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki komponen-komponen yang mengalami cacat/memerlukan perbaikan.
4: Kepemimpinan.
Prinsip ini menyatakan bahwa keberhasilan pelaksanaan TQM merupakan tanggung jawab dari manajemen puncak yaitu kepala sekolah. IMplikasi dari pilar keempat ini adalah kepemimpinan sebagai alat dalam menerapkan manajemen mutu terpadu harus memiliki visi dan misi atau pandangan jauh yang jelas kedepannya. Aspek kepemimpinan sangat esensial sekali dalam perkembangan mutu. Kepemimpinan dilihat dari sudut formal yakni kepala sekolah sebagai pimpinan puncak wajib melakukan perbaikan-perbaikan serta mengendalikan pelaksanaan kegiatan sekolah dan para guru di sekolah harus mampu menetapkan konteks di mana para siswa dapat secara optimal mencapai potensi mereka melalui dampak dari kemajuan berkelanjutan yang disebabkan oleh kerja sama antara para guru dan para siswa tersebut.
3.3 Manfaat Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (TQM) di Sekolah
According to the practical evidences, the TQM principles help the schools in following clauses, adapun manfaat dari implementasi manajemen mutu terpadu di sekolah, antara lain:
- Membantu dalam menggambarkan kembali peran, tujuan dan tanggung-jawab sekolah. Dengan adanya penerapan TQM dalam pendidikan akan membantu memperjelas peranan masing-masing komponen sekolah. Seperti kepala sekolah, guru dan siswa, serta masyarakat
-Meningkatkan sekolah sebagai ” jalan hidup.” Sebagian orang menganggap bahwa sekolah hanya sebagai kebutuhan semata tetapi dengan adanya penerapan TQM maka akan menjadikan sekolah sebagai jalan hidup artinya sekolah merupakan salah satu jalan bagi mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik
- Memberikan bantuan dalam merencanakan pelatihan kepemimpinan secara menyeluruh untuk pendidik pada semua tingkatan.
- Membantu dalam menggunakan riset dan informasi praktis untuk memandu kebijakan dan pelaksanaan kegiatan di sekolah serta ditujukan untuk adanya perbaikan secara terus menerus.Hal ini akan berdampak pada adanya upaya penelitian serta adanya penyediaan informasi mengenai sekolah.
- Mendisain secara menyeluruh pengembangan anak. Artinya bahwa dengan adanya TQM akan memberikan manfaat pada desain atau rancangan dalam pengembangan peserta didik.Hasilnya yaitu:
4. PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan, antara lain:
4.1.1 Banyak para sarjana yang berpendapat tentang manajemen mutu terpadu. Tetapi para sarjana sepakat bahwa dalam manajemen mutu terpadu, hal yang terpenting adalah proses atau sistem dalam pencapaian tujuan organisasi. Elemen pendukung dalam TQM adalah kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan, struktur pendukung, komunikasi, ganjaran dan pengakuan, serta pengukuran. Adapun falsafah dari manajemen mutu terpadu adalah reaksi berantai untuk perbaikan kualitas, transformasi organisasi, peran esensial pimpinan, hindari praktik-orakti manajemen yang merugikan, dan penerapan system of profound knowledge.
4.1.2 Dalam implementasi manajemen mutu terpadu di sekolah, hendaknya memperhatikan prinsip, syarat- syarat, dan empat pilar TQM sehingga pelaksanaannya dapat berlangsung dengan lancer.
4.1.3 Adapun manfaat implementasi manajemen mutu terpadu di sekolah adalah membantu dalam menggambarkan kembali peran, tujuan dan tanggung-jawab sekolah, meningkatkan sekolah sebagai ” jalan hidup”, memberikan bantuan dalam merencanakan pelatihan kepemimpinan secara menyeluruh untuk pendidik pada semua tingkatan, membantu dalam menggunakan riset dan informasi praktis, serta mendisain secara menyeluruh pengembanganan .